![]() |
| Bung Tomo (Foto: merdeka.com) |
JAKARTA (Kliik.Id) - Hari Pahlawan yang ditetapkan sebagai peringatan nasional tidak lepas kaitannya dengan perjuangan para pahlawan terdahulu dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Sejarah Hari Pahlawan 10 November setiap tahunnya perlu menjadi perhatian tersendiri bagi kita guna memaknai jasa para pahlawan. Peristiwa ini berkaitan erat dengan Pertempuran 10 November 1945 yang terjadi di Surabaya. Pada saat itu, para pejuang Tanah Air berusaha mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Tidak hanya itu saja, pada peristiwa yang sama sejumlah tokoh penting turut
andil dalam memukul mundur Sekutu dan Belanda dalam upaya kembali menjajah
bangsa kita. Lantas, bagaimana sejarah Hari Pahlawan 10 November bermula? Beberapa
poin di bawah dapat menambah informasi seputar peringatan hari Pahlawan.
Hari Pahlawan 2025 genap 80 tahun jika dihitung dari Pertempuran
10 November 1945, tapi apabila didasarkan penetapan resminya melalui Keppres
Nomor 316 Tahun 1959, peringatan tahun ini memasuki usia ke-66.
Sejarah Hari Pahlawan bermula dari Pertempuran 10 November 1945 menjadi simbol
perjuangan rakyat mempertahankan kemerdekaan melawan Sekutu.
Bung Tomo dan Gubernur Suryo merupakan dua tokoh Pertempuran 10 November 1945
yang ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional karena telah membakar semangat rakyat
dan memimpin Perlawanan 10 November 1945 di Surabaya.
Peringatan Yang Ke Berapa Tahun 2025 Ini?
Sebelumnya, tidak sedikit di antara kamu yang mungkin penasaran dengan usia
peringatan Hari Pahlawan di tahun ini. Berbeda dengan sejumlah peringatan
nasional lainnya yang memiliki hitungan tahun peringatan, Hari Pahlawan justru
tidak ada.
Misalnya saja pada peringatan Hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 2025 kemarin
yang mana di tahun ini sudah memasuki usia yang ke-97 tahun. Bahkan di dalam
'Pedoman Pelaksanaan Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-97 Tahun 2025' yang
dirilis oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) RI, yang mana
tercantum secara resmi Hari Sumpah Pemuda 2025 ke-97 tahun.
Sementara itu, berdasarkan 'Pedoman Penyelenggaraan Peringatan Hari Pahlawan
Tahun 2025' resmi Menteri Sosial (Mensos) RI, tidak disebutkan secara gamblang
Hari Pahlawan 2025 yang ke berapa. Belum diketahui alasan di balik tidak adanya
hitungan tahun peringatan Hari Pahlawan di tanggal 10 November setiap tahunnya
ini.
Apabila hitungan tahun peringatan didasarkan pada sejarah Pertempuran 10
November 1945, maka tahun ini Hari Pahlawan yang ke-80 tahun. Sebaliknya, jika
hitungan tahun peringatan sesuai dengan penetapannya sebagai peringatan nasional
sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959 tentang Hari-Hari
Nasional Jang Bukan Hari Libur pada tahun 1959, maka Hari Pahlawan 2025 yang
ke-66 tahun.
Peristiwa Pertempuran Melawan Sekutu pada 10 November 1945
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, penetapan Hari Pahlawan di tanggal 10
November setiap tahunnya berkaitan erat dengan peristiwa Pertempuran 10
November 1945 dan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 316 Tahun 1959 tentang
Hari-Hari Nasional Jang Bukan Hari Libur. Menurut aturan Keppres Nomor 316
Tahun 1959, Hari Pahlawan pada 10 November ditetapkan sebagai hari-hari
nasional yang bukan hari libur.
Aturan yang sama turut mengatur tentang Hari Pendidikan Nasional 2 Mei, Hari
Kebangkitan Nasional 20 Mei, Hari Angkatan Perang 5 Oktober, Hari Sumpah Pemuda
28 Oktober, dan Hari Ibu 22 Desember sebagai hari-hari nasional. Kendati
begitu, seluruh peringatan nasional tadi tidak ditetapkan sebagai hari libur.
Selanjutnya, terdapat sejarah Hari Pahlawan 10 November yang dilatarbelakangi oleh peristiwa Pertempuran 10 November 1945 yang terjadi di Surabaya.
Dikutip
dari buku 'Pengetahuan Sosial Sejarah' karya Drs Tugiyono, Pertempuran 10
November bermula dari kedatangan pasukan Sekutu di Surabaya pada tanggal 25
Oktober 1945 silam.
Pada saat itu, kedatangan Sekutu ternyata dibantu oleh Netherlands Indies Civil
Administration (NICA). Kedatangan pihak Sekutu ini ternyata tidak memberikan
kabar baik bagi bangsa Indonesia. Sebaliknya, kondisi tersebut bisa dibilang
sebagai awal mula terjadinya peristiwa bersejarah di Indonesia.
Lebih lanjut, pihak Sekutu ternyata dianggap tidak menghormati kedaulatan yang
telah dimiliki oleh bangsa Indonesia yang sudah merdeka. Hal inilah yang memicu
adanya bentrokan bersenjata antara pihak Sekutu dan juga rakyat yang berjuang
mempertahankan kemerdekaan bangsanya.
Brigadir Jenderal Mallaby selaku komando pasukan Sekutu harus kehilangan
nyawanya dalam bentrokan tersebut. Kendati sang komando telah gugur, pasukan
Sekutu tak menyerah begitu saja. Sebaliknya, ada pemimpin baru bernama Brigadir
Jenderal Mallaby yang justru mengeluarkan ultimatum yang dinilai tak masuk akal
bagi rakyat Indonesia pada saat itu.
Ultimatum berisikan keharusan bagi seluruh elemen rakyat Indonesia yang harus
menyerahkan senjata dan dirinya di tempat-tempat tertentu. Ultimatum tersebut
berlaku sampai tanggal 9 November pukul 6 sore. Di dalamnya turut berisikan
ketentuan apabila ultimatum tidak dipenuhi, maka pihak Sekutu akan menyerbu
Surabaya di hari berikutnya, yaitu 10 November 1945.
Kendati begitu, rakyat tidak menghiraukannya. Rakyat Surabaya yang dipimpin
oleh Gubernur Suryo, Sungkono, dan Sutomo memilih untuk mengarahkan senjatanya.
Inilah yang membuat Pertempuran 10 November 1945 menjadi pecah.
Pihak sekutu mengerahkan sekuat tenaga dengan menyerbu Surabaya dari darah,
laut, hingga udara. Mereka mendesak rakyat agar pindah ke luar kota. Korban
berjatuhan dan api muncul di mana-mana. Kondisi ini benar-benar membuat rakyat
Surabaya terjebak dalam kondisi yang begitu mencekam.
Tak berhenti sampai di situ, Sekutu juga terus menghujani bom dari udara dan
meriam dari laut. Namun, lagi-lagi rakyat tidak gentar dan perlawanan justru
semakin gigih dilakukan. Tidak hanya dilakukan oleh kaum pria saja, bahkan
wanita-wanita turut keluar untuk mempertahankan kemerdekaan bangsanya.
Kondisi ini tak hanya merenggut korban yang jumlahnya banyak bagi pihak rakyat
Surabaya, tapi juga memicu kerugian besar bagi Sekutu. Salah satu sosok yang
begitu gigih mengobarkan semangat dalam pertempuran tersebut adalah Sutomo atau
yang lebih dikenal sebagai Bung Tomo.
Tanpa henti, dirinya terus membakar semangat rakyat agar melakukan perlawanan
terhadap agresi yang dilakukan oleh pihak Sekutu. Inilah yang membuat
perjuangan rakyat pada saat Pertempuran 10 November 1945 dikenal sebagai salah
satu peristiwa bersejarah dalam Indonesia yang menginisiasi adanya Hari
Pahlawan di tanggal 10 November setiap tahunnya.
Tokoh-Tokoh yang Berperan
Lantas, siapa saja tokoh Hari Pahlawan yang berperan penting dalam Pertempuran
10 November 1945? Sebenarnya, peristiwa bersejarah tersebut melibatkan begitu
banyak pejuang yang telah berusaha dengan keras mempertahankan kemerdekaan dan
kedaulatan bangsa Indonesia dengan caranya masing-masing.
Kendati begitu, bisa dibilang hanya segelintir saja yang nama-namanya atau
bahkan wajahnya ditunjukkan dalam buku-buku sejarah. Menurut penelitian
'Perancangan Buku Ilustrasi dengan Teknik Aquarelle Sebagai Upaya Mengenalkan
Tokoh Pahlawan 10 November Kepada Siswa SMP di Surabaya' karya Cynthia Joanna
Chandra, ada sejumlah nama pejuang yang tercatat sebagai pahlawan 10 November.
Nama-nama ini tercantum secara jelas di dalam Museum Sepuluh Nopember di
Surabaya. Adapun nama-nama yang dimaksud di antaranya, yaitu:
- R. T. M. Soerjo
- R. Soedirman
- Radjiman Nasoetion
- Doel Amowo
- R. M. Jonosewojo
- Dr. Soegin
- Katam Hadi
- R. Koen Kijat
- R. Mochammad Mangoediprojo
- Socjipto Danukoesoemo
- Soengkono
- Abd. Wahab Sinmin
- Moh. Jasin
- R. Soemeroe
- Afandi
- Atmadji
- Mas Isman Oemar Said
- Abdul Sockoer
- Aniroen
- Soemarsono
- Wahib Wahab
- Achjat. Sidik Arselan
- Soetomo (Bung Tomo)
- J. Arrouw
- M. N Sapija
- Loekitaningsih
- Soeparman
- J. Soelamet
- D. Socrip, Achmad Moesofa
- J. M. Tamboto
- Djarot Subiantoro
- Isbandgah
- Hassanoeddin
- Socharjo K.
- Soewarno
- Riamoen
- Riui
- Iswahjoedi
- Soedjarwo
- Isaedris
- Moersia
- Koendan
- Minggu
- Asmanoe
- Abdoellah
- Rambe Janssen
- Tohir Bakri
- Jetty Zein
- Soejono
- Abdul Majdid
- Moestakim Z.
- Dr. Soewandi
- Dr. Koesnoel Jakin
- Dr. Soetopo
- Barlan
- Bu Dar Mortir
- Drg. Moestopo
- Roeslan Abdulgani
Sementara itu, masih dikutip dari buku yang sama tokoh Hari
Pahlawan melibatkan 7 nama yang di antaranya:
- Bung Tomo
- Gubernur Suryo
- Residen Surabaya Sudirman
- Dul Arnowo
- Dr Mustopo
- Ruslan Abdulgani
- Sungkono
Siapa Bung Tomo dan Gubernur Suryo?
Menurut laman Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia terdapat total 187 Pahlawan Nasional Indonesia. Dua di antaranya adalah sosok yang berperan penting dalam Pertempuran 10 November 1945. Keduanya tidak lain adalah Sutomo atau Bung Tomo dan Gubernur Suryo. Untuk lebih jelasnya, berikut sekilas profil Bung Tomo dan Gubernur Suryo yang ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional.
1. Sutomo atau Bung Tomo
Bung Tomo dikenal sebagai sosok yang lahir di Surabaya yang berasal dari
keluarga priyayi menengah. Ayahnya merupakan pegawai di instansi pemerintah dan
swasta. Sutomo atau yang nantinya lebih dikenal sebagai Bung Tomo, sudah
menunjukkan semangat belajar yang tinggi sejak masih berusia kecil.
Sayangnya, kondisi ekonomi yang kurang beruntung justru membuat dirinya harus
berhenti dari sekolah. Dirinya memilih untuk melanjutkan pendidikan melalui
korespondensi hingga tingkat HBS. Semasa remaja Sutomo juga menunjukkan
ketertarikannya pada kepanduan atau Pramuka. Inilah yang menjadi cikal bakal
dirinya memiliki semangat juang tinggi di kemudian hari.
Sebagai bagian dari Gerakan Rakyat Baru (GRB), Sutomo dikenal memiliki
kemampuan yang sangat baik dalam berorasi. Dirinya beberapa kali mendapatkan
kesempatan untuk berpidato di radio guna membakar semangat rakyat.
Puncaknya, di tanggal 10 November 1945 yang mana Sutomo menyampaikan pidato
guna menggerakkan semangat rakyat agar terus mempertahankan kemerdekaan dalam
melawan Sekutu. Suara Sutomo yang begitu lantang membuatnya dikenal sebagai
simbol keberanian rakyat Indonesia agar tidak menyerah mempertahankan
kemerdekaan bangsa. Termasuk agar tidak dengan mudah tunduk lagi kepada
penjajah.
Tidak hanya saat Pertempuran 10 November 1945 saja, Bung Tomo juga aktif dalam
urusan politik di tahun-tahun berikutnya. Dirinya tercatat menjabat sebagai
menteri hingga anggota konstituante. Bahkan Sutomo juga dikenal kerap
menunjukkan kritik tajam terhadap berbagai kebijakan politik.
Sutomo tutup usia di tahun 1981 silam. Tepatnya saat dirinya tengah melakukan
ibadah haji di Padang Arafah, Arab Saudi.
2. Gubernur Suryo
Siapa itu Gubernur Suryo? Singkatnya, Gubernur Suryo adalah sosok pemimpin Jawa
Timur yang turut berperan penting dalam Pertempuran 10 November 1945. Pada saat
Sekutu memasuki wilayah Surabaya, Gubernur Suryo sebenarnya menolak keras
ketika diajak untuk berunding.
Tak hanya itu saja, Gubernur Suryo juga beberapa kali menolak undangan yang
diberikan dari pihak Sekutu. Pada saat Sekutu mengeluarkan ultimatum bagi
rakyat Surabaya, Gubernur Suryo menyampaikan pidato agar rakyatnya tetap
tenang. Tidak hanya itu saja, dirinya juga menjelaskan adanya perundingan yang
telah dilakukan oleh Menteri Luar Negeri Ahmad Subarjo dan Inggris, sehingga
rakyat diminta menunggu hasilnya.
Kendati begitu, perundingan yang gagal mencapai kesepakatan membuat rakyat
memilih untuk menolak ultimatum dari Sekutu. Hal ini memicu adanya bentrok
senjata antara rakyat dan Sekutu. Dalam kondisi tersebut Gubernur Suryo sempat
memindahkan pemerintahan ke Mojokerto dan Malang.
Kiprah Gubernur Suryo sebagai pemimpin yang turut berjuang dalam mempertahankan
kedaulatan bangsa justru menemui akhir yang bisa dibilang cukup menyedihkan.
Saat hendak menghadiri peringatan 40 hari wafatnya sang adik di tanggal 1
November 1948, Gubernur Suryo dan rombongannya justru dicegat oleh sisa
gerombolan Partai Komunis Indonesia (PKI). Situasi tersebut membuat dirinya dan
rombongan dijadikan sebagai tawanan.
Tak butuh waktu lama, Gubernur Suryo dan rombongannya dihilangkan nyawanya
dengan cara yang sadis. Berita kematian Gubernur Suryo menimbulkan perasaan
pilu bagi rakyat dan orang-orang yang mengenalnya.
Demikian sejarah Hari Pahlawan 10 November sebagai penambah wawasan kita
sebagai salah satu sejarah penting dalam mempertahankan Kemerdekaan Republik
Indonesia. Selamat hari Pahlawan 10 November 2025. (detik)
