![]() |
Menkeu Sri Mulyani |
JAKARTA (Kliik.id) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut tidak akan menyerah menghadapi varian baru COVID-19 Delta yang mengganas di Indonesia. Meskipun, kemunculannya jadi membuat momentum penghambat pemulihan ekonomi.
Sri Mulyani mengatakan tahun 2021 harusnya menjadi momen pemulihan ekonomi setelah pada 2020 tertekan sangat dalam akibat pandemi COVID-19. Tak disangka varian baru Delta muncul dan ternyata lebih ganas dibanding sebelumnya.
"Kita dijeda oleh varian delta ini yang mengharuskan kita melakukan adjustment atau penyesuaian yang berpengaruh terhadap momentum ekonomi. Tapi ini tidak membuat kita menyerah," katanya dalam Webinar Publik 'CSIS dan Transformasi Ekonomi Menuju Indonesia 2045', Rabu (4/8/2021).
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu tetap yakin bisa melewatinya dan momentum pemulihan ekonomi bisa cepat terjadi. Sebab, pemerintah telah melakukan berbagai langkah untuk menahan dan mengatasi pandemi COVID-19 yang sempat mencatatkan rekor kasus karena varian Delta.
"Saya yakin masih sangat kuat dan juga dari sisi dan kemampuan kita untuk menahan dan mengatasi penyebaran COVID-19," tuturnya.
Salah satunya adalah mempercepat program vaksinasi gratis bagi seluruh masyarakat sesuai dengan program pemerintah. Diharapkan herd immunity atau kekebalan komunal bisa segera tercapai dalam waktu dekat.
"Pemerintah telah melakukan vaksinasi secara masif saat pasokan vaksinnya sudah ada di Indonesia sehingga trade off antara pergerakan masyarakat dengan penyebaran COVID bisa dikurangi atau bahkan diputus. Ini yang kita lakukan untuk mengatasi pandemi COVID dan di satu sisi pemulihan ekonomi," jelasnya.
Lanjutnya, APBN akan terus bekerja keras untuk mengatasi pandemi COVID-19. Hal itu tercermin dari anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dan penanganan COVID-19 yang terus meningkat terutama untuk kesehatan.
"APBN kita bekerja luar biasa keras dalam menghadapi COVID. Di 2021 ini kita bahkan meningkatkan alokasi jumlah anggaran PEN kita dari Rp 699 triliun menjadi Rp 744,7 triliun sebagian sangat besar untuk alokasi kesehatan," bebernya. (Detik)