![]() |
Ilustrasi pemakaman pasien Covid-19. (ANTARA FOTO) |
JAKARTA (Kliik.id) - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengingatkan sejumlah kepala daerah yakni Gubernur, Bupati atau Wali Kota untuk memperhatikan tingkat keterisian tempat tidur untuk perawatan Covid-19.
Menkes mengatakan terdapat delapan Provinsi yang tingkat keterisian tempat tidurnya tinggi.
"Jadi beberapa daerah, beberapa, Gubernur, Wali Kota, Bupati Tolong dijaga ya yang sudah cukup tinggi adalah Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Barat, Lampung dan NTT," ujar Budi di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin, (10/5/2021).
Menkes meminta kepala daerah waspada terhadap keterisian tempat tidur agar tidak seperti di negara lain yang lonjakan kasus Covid-19 terjadi secara eksponensial.
Apalagi menjelang perayaan Idul Fitri, yang mana mobilitas masyarakat tinggi yang berpotensi meningkatkan penyebaran Covid-19.
"Jadi ini yang harus waspada dan hati-hati. kita harus bersama-sama mengingatkan agar ini bisa kita jaga," katanya.
Sementara itu untuk wilayah Jawa, kata Budi, tingkat keterisian tempat tidur relatif rendah atau longgar.
Tingkat keterisian tempat tidur untuk Covid-19 di Jawa sempat tinggi pada periode Januari-Februari, yakni D.I Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.
"Saya menghitungnya ini BOR (bed occupancy ratio) terhadap Covid-19, bukan BOR terhadap Rumah Sakit keseluruhan, tetapi BOR terhadap khusus tempat tidur Covid-19 dan BOR terhadap khusus ICU Covid-19 sehingga kita bisa lebih realistis melihat angkanya kita," ungkapnya.
Pemerintah terus mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19 pasca Idul Fitri 2021, salah satunya memastikan tersedianya tempat tidur perawatan bagi pasien Covid-19.
Budi Gunadi mengatakan bahwa pihaknya mengantisipasi skenario terburuk pasca Idul Fitri.
"Lebaran sudah dekat dan tugas kami adalah mempersiapkan kondisi terburuk. Saya merasa dan berharap insya allah ini tidak terjadi, tapi toh kalaupun terjadi peningkatan penularan kita ingin melakukan antisipasi agar kita tidak kaget dan cukup fasilitasnya," kata Budi.
Antisipasi, kata Budi, dilakukan agar penanganan Covid-19 tidak seperti negara lain yang keteteran dalam menghadapi lonjakan kasus secara signifikan.
Secara nasional, kata Budi, Indonesia memiliki tempat tidur perawatan di rumah sakit sebanyak 390 ribu. Dari jumlah tersebut, tempat tidur untuk perawatan Covid-19 sebanyak 70 ribu.
"Jumlah tempat tidur perawatan untuk Covid-19 yang sudah ditempati kini sebanyak 23 ribu. Jadi masih ada sekitar 40 ribu atau 200 persen," katanya.
Sementara itu, secara nasional Indonesia memiliki 22 ribu ruang ICU, yang 7500 diantaranya diperuntukkan bagi pasien Covid-19.
Dari jumlah ICU untuk Covid-19 tersebut yang saat ini terpakai sebanyak 2500.
"Jadi kita juga masih punya room kosong sekitar dua kali lipat dari kondisi sekarang. itu untuk memberikan gambaran ke Bapak Ibu persiapan sudah kita lakukan. Saya berdoa persiapan itu tidak terpakai dan tetap menjadi kosong gitu ya tapi kalau toh pun ada seenggaknya kita sudah melakukan persiapan," katanya.
Skenario terburuk, kata Budi, yakni ketika tempat tidur perawatan dan ruang ICU untuk Covid-19 nantinya penuh.
Pemerintah, lanjut Budi, akan mengkonvesikan tempat tidur perawatan dan ruang ICU biasa menjadi tempat untuk penanganan pasien Covid-19.
"Kalau toh pun naik nanti kasus konfirmasinya, dan kalau itu tembus kita masih punya kapasitas rumah sakit yang kita bisa konversi menjadi tempat Covid-19 itu 3 kali di atasnya. jadi mudah-mudahan roomnya kita masih ada," pungkasnya. (Rls)