Notification

×

Anggota DPRD Sumut Partogi Sirait Dorong Pemerintah Lakukan Evaluasi Program MBG

Sabtu, 18 Oktober 2025 | 00:11 WIB Last Updated 2025-10-17T17:11:58Z

 

Franky Partogi Wijaya Sirait, B.Sc., M.H., saat melaksanakan Reses I Tahun Sidang II Tahun 2025-2026 

Pematangsiantar (Kliik.Id) - Anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara dari Fraksi PDI Perjuangan, Franky Partogi Wijaya Sirait, B.Sc., M.H., mendesak Pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk melakukan evaluasi total terhadap pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Hal ini disampaikan Partogi saat melaksanakan reses di daerah pemilihan Kota Pematangsiantar dan Kabupaten Simalungun pada 5-14 Oktober 2025.


Desakan ini muncul menyusul kasus dugaan keracunan massal yang dialami puluhan siswa SMP Negeri 1 Laguboti, Kabupaten Toba, setelah mengonsumsi makanan dari program MBG. Menanggapi hal tersebut, Partogi menyampaikan keprihatinannya dan menilai insiden tersebut harus menjadi peringatan serius bagi pemerintah agar lebih ketat dalam pengawasan mutu makanan di Program MBG.


“Kejadian di Laguboti membuktikan bahwa pengawasan terhadap kualitas makanan di lapangan masih sangat lemah. Program yang seharusnya menyehatkan justru bisa membahayakan jika tidak dikelola dengan standar gizi dan higienitas yang ketat,” ujar Partogi.


Pada saat melaksanakan reses di dapil Kota Pematangsiantar dan Kabupaten Simalungun, Partogijuga menerima banyak aspirasi dari masyarakat yang menyoroti kualitas makanan MBG yang sering dianggap tidak layak konsumsi dan pendistribusiannya yang tidak transparan.


Salah seorang warga Rambung Merah, Kabupaten Simalungun, Ani Sihombing, mengaku khawatir anaknya menjadi korban program tersebut.


“Makanannya sering dingin, bahkan ada yang sudah basi. Kami takut anak-anak jadi korban keracunan seperti yang terjadi di daerah lain. Bahkan tak jarang saya berpesan pada anak agar membawa makanannya pulang supaya saya bisa mencicipinya terlebih dahulu,” ungkapnya.


Sementara itu, Jhon Horas Silalahi, warga dari Bah Kapul, Kecamatan Siantar Utara, menilai pelaksanaan program MBG di wilayahnya tidak transparan dan tidak melibatkan masyarakat.


“Kami tidak tahu siapa pelaksana dan dari mana bahan makanannya. Kalau program ini untuk rakyat, seharusnya terbuka dan bisa diawasi bersama. Di beberapa sekolah, makanan justru tidak dimakan karena dianggap tidak layak,” katanya.


Menanggapi keluhan tersebut, Partogi menegaskan, niat baik pemerintah untuk meningkatkan gizi pelajar harus diiringi dengan pengawasan ketat, transparansi, dan tanggung jawab moral dari pihak pelaksana di lapangan.


“Saya mendukung penuh kebijakan yang berpihak pada rakyat kecil, tetapi kalau pelaksanaannya tidak sesuai prinsip gizi, higienitas, dan keterbukaan, program ini justru kontraproduktif,” ucap Partogi.


Sebagai tindak lanjut, Partogi akan membawa semua aspirasi dan kejadian di lapangan yang disampaikan pada reses tersebut ke dalam rapat komisi DPRD Provinsi Sumatera Utara, serta mendorong digelarnya Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, dan Inspektorat Provinsi Sumut.


“Kami ingin memastikan bahwa setiap rupiah dari anggaran rakyat digunakan tepat sasaran dan memberi manfaat nyata. Jika ditemukan penyimpangan atau pelaksanaan yang tidak sesuai ketentuan, maka harus segera diperbaiki,” tegasnya.


Sebagai solusi, Partogi mengusulkan agar pemerintah mempertimbangkan skema bantuan sembako bergizi atau Bantuan Langsung Tunai (BLT) pangan langsung pada orang tua sebagai alternatif yang lebih efisien dan aman.


“Orang tua lebih tahu kebutuhan gizi anaknya. Jika bantuan diberikan dalam bentuk sembako atau uang, daya beli masyarakat meningkat, pedagang lokal tetap hidup, dan anak-anak terpenuhi gizinya tanpa risiko keracunan,” tutup Partogi. (red)

 

×
Berita Terbaru Update