![]() |
Rudy Hermanto saat membacakan pemandangan umum Fraksi PDIP DPRD Sumut. |
Hal tersebut tertuang dalam naskah Pemandangan Umum Fraksi PDI Perjuangan (PDIP) DPRD Sumut yang ditandatangani Ketua Fraksi Mangapul Purba dan Sekretaris Syahrul Effendi Siregar saat dibacakan oleh Rudy Hermanto pada Sidang Paripurna DPRD Sumut, Senin (29/8/2022).
Sektor-sektor prioritas yang menjadi sorotan Fraksi PDIP dalam mengukur terancamnya realisasi visi-misi seperti pendidikan dengan target lama usia sekolah mencapai 10,5 tahun, kesehatan ditargetkan ada sejumlah rumah sakit umum daerah di kabupaten/kota akan dijadikan rumah sakit rujukan serta akan menjadikan rumah sakit haji bertaraf internasional belum juga terwujud.
"Pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan mantap ditargetkan mencapai 90% masih dalam proses panjang dan untuk APBD 2023 ditargetkan meningkat menjadi Rp 18 triliun ternyata dalam R-APBD 2023 hanya Rp 13,8 triliun. Fakta-fakta tersebut membuktikan bahwa visi dan misi Gubsu dan Wagubsu terancam tidak bisa direalisasikan," ujar Rudy Hermanto.
3 Ancaman Besar Sumut
Fraksi PDIP DPRD Sumut juga menyoroti setidaknya ada 3 persoalan besar yang sedang dan akan mengancam keberhasilan pembangunan dan kesejahteraan rakyat Sumatera Utara yaitu inflasi, daya beli dan lapangan pekerjaan.
"Sumut mengalami inflasi sebesar 5,62%, Pemrov Sumut perlu memberikan perhatian yang serius dengan tren inflasi ini. Naik turunnya persentasi inflasi tentu berdampak pada pengelolaan anggaran dan aktivitas ekonomi rakyat Sumut, baik sebagai pelaku ekonomi (produsen) maupun sebagai konsumen (rakyat)," kata Rudy.
Fraksi PDIP menilai bahwa belum melihat ada kesungguhan dari pemprov Sumut dalam mengantisipasi kemungkinan naik turunnya persentasi inflasi dan kemungkinan dari dampak buruk inflasi tersebut.
Terkait masih rendahnya kemampuan daya beli rakyat di tengah meroketnya harga barang-barang terutama kebutuhan pokok rakyat tentu memberikan dampak negatif dari inflasi itu sendiri dan dampak ini yang sangat dominan.
"Upah buruh yang masih tergolong rendah, hasil panen petani masih tidak menentu karena harga pupuk yang mahal dan cuaca ekstrim senantiasa menghantui, berbagai jenis usaha ekonomi rakyat baik jasa, kuliner dan lain sebagainya, penghasilannya masih hanya sekedar bertahan hidup. Persoalan-persoalan tersebut menjadi faktor-faktor rendahnya daya beli rakyat," ungkapnya.
Terakhir, Fraksi PDIP menyoroti bahwa perkembangan teknologi terutama teknologi informasi dan teknologi artificial intelligence telah mempengaruhi secara signifikan terhadap ketersedian lapangan pekerjaan yang secara langsung melibatkan kegiatan fisik. Diprediksi ada sekitar 85 juta jenis pekerjaan yang banyak melibatkan kegiatan fisik di dunia, yang akan hilang hingga tahun 2025.
"Saat ini saja sudah banyak sektor-soktor pekerjaan yang melibatkan fisik manusia telah diambil alih oleh robot dan mesin-mesin elektronik. Namun, perkembangan teknologi akan membuka peluang sekitar 93 juta jenis pekerjaan baru yang berbasis pada kemampuan imajinatif dan inovatif manusia dengan syarat kemampuan beradaptasi dengan perkembagan teknologi," kata Rudy.
Fraksi PDIP memandang bahwa meraih peluang terhadap jenis pekerjaan baru hasil dari perkembangan teknologi berada di generasi milenial, karena generasi ini lebih cepat beradaptasi terhadap perkembangan teknologi terutama teknologi informasi dan teknologi artificial intelligence.
Generasi milenial yang mampu mengembangkan potensi imajiner kreatifnya dengan memanfaatkan perkembangan teknologi tersebut pasti akan bertahan di masa akan datang.
"Persoalannya adalah R-APBD 2023 peruntukkannya di berbagai sektor yang berpotensi menyerap lapangan pekerjaan masih sangat berorientasi pada lapangan-lapangan pekerjaan yang mengandalkan kegiatan-kegiatan yang melibatkan fisik manusia dan jumlah peluangnya pun masih di bawah rata-rata angka pengangguran," pungkasnya. (Rls)