![]() |
Foto ilustrasi. (detikcom) |
Menurut Budi, puncaknya bakal terjadi di akhir Juli 2022, dengan perkiraan mencapai 20 ribu kasus per hari. Hal ini sebagai perbandingan dari sepertiga puncak kasus Omicron sebelumnya yang menyentuh 60 ribu kasus per hari.
"Kira-kira nanti estimasi berdasarkan data di Afrika Selatan, mungkin puncaknya di 20 ribu per hari. Karena kita pernah sampai 60.000 per hari paling tinggi," jelas Menkes di Istana Kepresidenan, Bogor, Kamis (16/6/2022).
"Tetapi yang kita lihat fatality rate-nya atau kematiannya itu jauh lebih rendah mungkin seperdua belas atau sepersepuluh dari Delta dan Omicron," sambung Menkes
Menkes Budi meyakini kasus COVID-19 bakal kembali melandai setelah melewati puncak 20 ribu kasus per hari.
Hal senada sempat diutarakan pakar epidemiologi Dicky Budiman dari Universitas Griffith Australia.
Prediksi Pakar
Estimasi Dicky kala itu berada di maksimal 20 ribu kasus jika testing berhasil dimasifkan.
Sementara, tren testing COVID-19 di dunia maupun Indonesia belakangan menurun, sehingga Dicky tak yakin pemerintah bisa menemukan kasus sebanyak itu.
Menurutnya, prediksi yang paling mungkin terjadi berada di rentang 1.000 hingga 5.000 kasus per hari.
"Paling antara 1.000, atau paling 5.000 kasus baru, itu prediksi yang moderat. Karena juga meskipun kasus infeksi ditemukan aktif sekali, misalnya 10 atau 20 ribu bahkan 50 ribu sekalipun ya itu mayoritas ya nggak bergejala," bebernya saat dihubungi detikcom beberapa waktu lalu.
"Mayoritas kalaupun bergejala yang ringan, dan dampak ke fasilitas kesehatan cenderung lebih kecil dibandingkan Delta, apalagi kematian, nah itu artiya skenario yang optimisnya," pungkasnya. (Detik)