![]() |
Foto ilustrasi (detikcom) |
Peristiwa tersebut berdampak pada harga energi, salah satunya harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) melonjak lebih dari US$ 100 per barel. Bahkan ICP Maret 2022 mencapai US$ 113,5 per barel.
Sementara rata-rata ICP Januari hingga April 2022 adalah US$ 99,19 per barel. Alhasil menambah beban subsidi energi dalam APBN.
"Kita semua terpukul dan prihatin, kenaikan minyak dunia lebih banyak membebani APBN baik untuk subsidi dan kompensasi BBM dan LPG, serta juga membebani Badan Usaha. Karena asumsi ICP dalam APBN 2022 sebesar US$ 63 per barel, sekarang sudah kisaran US$ 100 per barel kan. Padahal kebutuhan APBN sangat urgent untuk pemulihan ekonomi nasional termasuk perlindungan kepada masyarakat kurang mampu," ungkap Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Agung Pribadi dikutip dari situs Kementerian ESDM, Jumat (15/4/2022).
Nah untuk jangka pendek, fokus pemerintah menjamin tersedianya pasokan BBM dan LPG yang memadai bagi masyarakat di seluruh wilayah Indonesia. Kebutuhan BBM dan LPG periode Ramadan dan Idul Fitri dipastikan tetap aman dengan stok di atas 20 hari.
"Pemerintah juga terus mengimbau agar masyarakat mampu tidak menggunakan BBM & LPG subsidi, mengingat peruntukannya adalah bagi masyarakat yang membutuhkan. Subsidi BBM dan LPG harus tepat sasaran. Pengawasan pendistribusian BBM dan LPG bersubsidi akan kita intensifkan," terang Agung.
Pemerintah memahami kondisi sulit yang dihadapi masyarakat saat ini, dan pemerintah memperhatikan hal ini dengan mengambil kebijakan terbaik untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
"Untuk saat ini, dalam jangka pendek kami hanya fokus pada menjamin pasokan BBM dan LPG tetap terjaga. Pengawasan juga terus dilakukan. Kita minta pengertian, jangan gunakan BBM dan LPG subsidi yang bukan haknya. Kita ingin anggaran subsidi bisa benar-benar dipakai untuk menumbuhkan perekonomian," pungkas Agung. (Detik)