Notification

×

Pengamat: Pengeroyokan Ade Armando Dampak Polarisasi Politik

Rabu, 13 April 2022 | 20:01 WIB Last Updated 2022-04-13T14:55:52Z
Ade Armando pasca dikeroyok oleh massa aksi saat demo di depan MPR/DPR 11 April 2022.
JAKARTA (Kliik.id) - 
Pengamat Lembaga Survei Politik Indonesia (LSPI) Rachmayanti Kusumaningtyas berpendapat terkait peristiwa pengeroyokan Ade Armando pada Senin (13/04/2022).

Menurutnya, peristiwa yang menyayat hati dan membuat tercorengnya gerakan unjuk rasa mahasiswa itu terjadi akibat polarisasi politik yang terus dipelihara oleh para militan dari dua kubu pendukung di pilkada DKI dan Pilpres yang telah lewat.

Hal itu, kata Rachmayanti, bisa dilihat dari kecenderungan tanggapan berbeda dari dua kubu pendukung itu di sosial media.

"Kalau kita bersama pelototi berbagai platform media sosial, terlihat sekali perbedaannya. Bahkan di saat sepantasnya mengutuk segala tindak kekerasan, yang terjadi justru menyedihkan. Ada yang berbahagia dengan peristiwa memalukan itu. Malah sebagian menyebarkan narasi seolah peristiwa itu terjadi sebagai azab Tuhan," ujarnya saat dimintai pendapat oleh wartawan Indopolitika, Rabu (13/4/2022).

Kondisi tersebut, menurut Rachmayanti, seharusnya bisa diakhiri dengan cara rekonsiliasi dan pengedepanan pentingnya pendidikan politik yang sehat dan bermartabat.

Para politisi dan aktivis politik sudah seharusnya benar-benar berhenti memupuk isu SARA dan memanfaatkan polarisasi yang terjadi demi kepentingan berebut kursi kekuasaan saat pileg, pilpres dan pilkada.

"Jika polarisasi ini terus dipelihara dan bahkan dimanfaatkan untuk pemenangan partai politik atau kandidat di pemilu, maka yang akan terjadi adalah keterbelahan yang permanen dan turun temurun," ujarnya.

Untuk itulah, ia menilai pentingnya regulasi yang rigid dan penegakan hukum yang tegas tanpa pandang kubu pada saat berlangsungnya perhelatan pemilu nanti.

Kepada para komisioner KPU dan BAWASLU yang baru saja dilantik, Rachmayanti meminta mereka untuk memetik lesson learned dari persitiwa pengeroyokan terhadap Ade Armando itu.

"Bahaya sekali dampak kampanye SARA terhadap kehidupan pasca pemilu. Saat para kandidat justru makan satu meja dan kerja satu ruangan setelah pemilu, para pendukung mereka masih bertempur di sosial media tanpa henti. Karena itulah semua pihak harus turun tangan mengakhiri hal itu dengan segera," pungkasnya. (Kilat/Rls)
×
Berita Terbaru Update