Notification

×

AS Desak Ibu Hamil Cepat-cepat Vaksin, Ini Risiko Jika Kena COVID-19

Kamis, 12 Agustus 2021 | 09:18 WIB Last Updated 2021-08-12T02:22:44Z
Foto ilustrasi (detikcom)
JAKARTA (Kliik.id) - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mendesak kelompok ibu hamil untuk secepatnya divaksin COVID-19. Pasalnya, wanita hamil berisiko lebih tinggi mengalami gejala parah dan komplikasi akibat virus Corona, termasuk potensi keguguran.

Mengingat di Indonesia, Kementerian Kesehatan belum lama ini mengeluarkan rekomendasi pemberian vaksin COVID-19 untuk ibu hamil. Dengan pertimbangan, peningkatan kasus COVID-19 juga dialami kelompok ibu hamil, termasuk yang bergejala berat.

"Vaksin aman dan efektif. Tidak pernah lebih mendesak daripada ini untuk meningkatkan vaksinasi karena kita menghadapi varian Delta yang sangat menular dan melihat hasil yang parah dari COVID-19 di antara orang hamil yang tidak divaksinasi," kata Direktur CDC Dr. Rochelle Walensky, dikutip dari NBC News, Kamis (12/8/2021).

Berdasarkan panduan terbaru CDC yang diperoleh dari 2.500 wanita penerima vaksin COVID-19, khususnya 1 dosis vaksin Pfizer dan Moderna dalam waktu 20 minggu sebelum kehamilan, tidak ada bukti vaksin menimbulkan risiko keguguran.

Walau wanita hamil tidak dimasukkan dalam penelitian otorisasi vaksin COVID-19, para ahli meyakini, pengalaman dunia nyata dalam puluhan ribu wanita menunjukkan bahwa suntikan vaksin aman. Selain itu, vaksin yang diberikan selama kehamilan dapat memberikan perlindungan bagi bayi baru lahir.

Di AS misalnya, lonjakan kasus COVID-19 di antara wanita hamil memang sempat menurun selama musim dingin. Namun di beberapa rumah sakit di negara bagian dengan tingkat vaksinasi yang masih rendah, jumlah calon ibu yang sakit COVID-19 melonjak.

"Satu atau dua minggu yang lalu kecepatan itu berubah secara drastis," Dr Jane Martin, dokter kandungan di Ochsner Baptist Medical Center di New Orleans.

"Kami memiliki beberapa pasien hamil yang sakit kritis yang dirawat setiap hari, sebagian besar membutuhkan perawatan intensif," lanjutnya.

Martin menyebut, telah merawat sekitar 30 pasien ibu hamil yang dirawat di rumah sakit akibat COVID-19 selama dua minggu terakhir. Sebagian besar dari pasien tersebut belum divaksinasi. (Detik)
×
Berita Terbaru Update