Notification

×

Kisah PSK Michat 'Ngungsi Jualan', Tetap Saja Dapat Pelanggan Tetangga sampai Teman Nongkrong

Rabu, 26 Mei 2021 | 03:19 WIB Last Updated 2021-05-26T02:35:16Z
Ilustrasi PSK
SUBANG (Kliik.id) - Pekerja seks komersial (PSK) biasanya menjajakan diri di luar daerah tempat tinggalnya.

Seperti yang dilakukan Vera (25), bukan nama sebenarnya, asal Kiaracondong, Bandung, Jawa Barat ini memilih 'berjualan' di daerah Jalan Cagak, Subang. Jarak antara Subang dengan Bandung sekitar 30 KM.

Sudah empat tahun Vera menjajakan diri di Subang. Subang dipilih karena jauh dari tempat tinggalnya di Kiaracondong.

Status Vera kini sudah menjada setelah ditinggalkan suaminya saat hamil muda. Kini ia berjualan menyambung hidup dengan cara jual diri sebagai PSK.

Hanya, meski sudah 'mengungsi' jauh dari tempat tinggalnya, Vera ternyata juga masih sering mendapatkan pelanggan dari sekitar rumahnya.

Dia sering mendapat pelanggan pria hidung belang yang dikenal. Bahkan, kerap mendapat orderan dari teman nongkrong di Bandung. 

"Aku pernah sama tetangga aku dari Kiaracondong. Namanya pake michat, foto yang ada di profil bukan foto asli. Ya, aku pasang foto yang seksi-seksi biar tertarik. Begitu pun pelanggan yang pesen, mau tua mau muda, mau kenal atau enggak dia pesen ya disamperin," kata Vera.

Selain pernah menerima pelanggan yang tak lain seorang tetangganya, Vera juga pernah mendapat pelanggan seorang teman karibnya.

"Teman tongkrongan juga pernah, tapi itu pas aku di Lembang. Dia temen nongkrong di kosan, tarif mah tetap sama sesuai kesepakatan di Michat," katanya.

Sudah 4 tahun Vera menjalani prostitusi online. Awalnya ia seorang pemandu karaoke, tapi kemudian nekat menjajakan diri melalui aplikasi Michat.

Ketika ditemui di salah satu villa di kawasan Sari Ater, Selasa (25/5/2021) dini hari, Vera, yang hendak menunggu ojek online setelah melayani pria hidung belang, mengungkapkan, ia sudah mendapatkan dua pelanggan semalam.

"Barusan udah beres. Sekarang saya lagi cari ojek online mau pulang ke kosan," ujar Vera dilansir dari TribunJabar.id.

Sembari mengisap sebatang rokok, Vera lalu duduk santai di bangku salah satu warung parkiran bus kawasan Sari Ater. Seolah tanpa beban, Vera langsung menawarkan diri.

"Mas nginep di mana? Kalo mau, aku masih open," ujarnya.

Saat itu harga yang ditawarkan Vera terbilang cukup mahal.

"Long time Mas cukup Rp 1,2 juta. Kalau mau sekali main, Rp 400 ribu juga gapapa," kata dia.

Dijelaskan Vera, long time adalah istilah disewa dengan waktu cukup panjang, dari malam hingga pagi.

"Kalau long time, ya, sampe check out tapi nanti pagi aku minta dianterin pulang," ujarnya.

Meski menerima panggilan long time, Vera tetap membatasi tiga kali main hingga pagi. Wanita satu ini terbilang cukup piawai, hari ini dari sore hingga dini hari dia sudah menerima dua panggilan pria hidung belang.

"Baru dapet satu juta. Pada pelit, gak mau kasih uang tips, padahal aku juga butuh ongkos grab," katanya.

"Kalau saya sengaja di luar daerah, biar gak banyak orang yang dikenal tau," ujar Vera.

Status Vera yang hingga kini belum berumah tangga juga menjadi sebab kenapa ia bisa laris manis.

"Rata-rata nanyain janda apa enggak. Kalau bilang gadis, pasti seneng dan aku emang belum menikah," ujarnya.

Dulu ketika ia bekerja sebagai pemandu karaoke (LC) di wilayah Kiaracondong, ia tak pernah menerima tawaran kencan.

"Pas jadi LC saya gak mau karena itu deket daerah tempat tinggal saya, tapi saya mulai open pun pas pindah merantau ke Subang," katanya. (Tri/Rls)
×
Berita Terbaru Update