![]() |
Tugu di Kota Tebingtinggi, Sumatera Utara. |
Kota Tebingtinggi berjarak sekitar 80 kilometer dari Kota Medan yang merupakan ibukota Provinsi Sumut.
Daerah yang memiliki luas 38.438 km² ini berdiri pada 1 Juli 1917. Lokasi Kota Tebingtinggi berada di tengah-tengah Kabupaten Serdangbedagai (Sergai).
Ada 5 kecamatan dan 35 kelurahan yang ada di wilayah Kota Tebingtinggi.
Asal Usul Nama dan Sejarah Terbentuknya Kota Tebingtinggi
Dikutip dari berbagai sumber, asal usul Tebingtinggi bermula pada tahun 1864 ada seorang bangsawan bernama Datuk Bandar Kajum yang berasal dari wilayah Bandar Simalungun (Sekarang masuk dalam wilayah Pagurawan).
Datuk itu bersama pengikut setianya menyusuri Sungai Padang untuk mencari hunian baru.
Kemudian, mereka mendarat dan bermukim di sekitar aliran sungai besar itu. Pemukiman itu adalah Kampung Tanjung Marulak atau sekarang adalah Kelurahan Tanjung Marulak, Kecamatan Rambutan.
Namun, kehidupan Datuk Bandar Kajum tidaklah tenteram karena terus saja diburu oleh tentara Kerajaan Raya.
Alhasil, Datuk Bandar Kajum memindahkan pemukimannya ke sebuah lokasi yang tepat berada di bibir Sungai Padang.
Pemukiman itu merupakan sebuah tebing yang tinggi.
Selanjutnya, Datuk dan para pengikutnya mendirikan hunian di atas tebing yang tinggi itu sembari memagarinya dengan kayu yang kokoh.
Peristiwa ini diyakini menjadi asal usul nama Tebingtinggi.
Pemukiman Datuk Bandar Kajum inilah yang sekarang berlokasi di Kelurahan Tebingtinggi Lama, Kecamatan Tebingtinggi Kota.
Pemukiman ini juga menjadi lokasi pemakaman para keturunan Datuk Bandar Kajum.
Pada masa tersebut, tentara Kerajaan Raya terus menerus menyerang Kampung Tebingtinggi untuk menangkap Datuk Bandar Kajum.
Lalu, pada suatu masa, tentara Kerajaan Raya kembali datang untuk menangkap Datuk.
Beruntung saat itu, Datuk Bandar tidak berada di tempat.
Keluarga dan pengikut Datuk Bandar Kajum juga melarikan diri ke perkebunan Rambutan yang saat itu di bawah kekuasaan Kolonial Belanda.
Setelah kejadian itu, Datuk Bandar Kajum mengadakan serangan balasan terhadap tentara Kerajaan Raya dengan bantuan Belanda.
Dalam peperangan itu, Datuk Bandar Kajum bersama pengikutnya berhasil mengalahkan kerajaan Raya.
Dalam menjaga ketentraman di daerah itu, Datuk Bandar Kajum pun melakukan perjanjian dengan Belanda.
Oleh Belanda, daerah kekuasaan Datuk Bandar Kajum ini dilebur menjadi wilayah taklukan Kerajaan Deli.
Pada masa itu, Kota Tebingtinggi juga dihuni oleh Kerajaan Padang. Kerajaan ini pada masa dulu merupakan daerah otonom yang berada di bawah Kerajaan Deli yang kala itu berpusat di Deli Tua.
Pusat kerajaan ini berada di Kampung Bandar Sakti atau sekarang berada di Kelurahan Bandar Sakti, Kecamatan Bajenis.
Lokasi itu merupakan pelabuhan sungai dan dulu menjadi pusat perdagangan Kerajaan Padang dengan kerajaan lain.
Pusat administrasi Kerajaan Padang ini berada di sebuah bangunan bergaya arsitektur Eropa yang saat ini menjadi Markas Koramil 13, di Jalan KF Tandean atau Jalan Bulian.
Bangunan itulah yang jadi saksi bisu keberadaan Kerajaan Padang.
Sementara istana raja lokasinya tidak berapa jauh dari pusat administrasi kerajaan.
Kerajaan Padang pada masa itu dihuni penduduk dari multi etnis, baik etnis lokal ataupun dari mancanegara. (Red/detik)