![]() |
Foto Ilustrasi |
JAKARTA (Kliik.id) - Epidemiolog Universitas Indonesia (UI) Budi Haryanto mengatakan angka kasus COVID-19 masih akan terus mengalami peningkatan. Hal itu karena masih banyaknya orang yang berkontak erat dengan orang yang positif lepas dari pelacakan (tracing).
"Hari-hari ke depan ini masih akan tinggi, kenapa masih tinggi? Masih sekitaran 18, 19, 20 ribu, bahkan lebih," kata Budi saat diskusi virtual Polemik Trijaya bertajuk 'COVID Gawat Darurat' Sabtu (26/6/2021).
Budi menjelaskan hasil tes PCR COVID-19 baru muncul paling lama tujuh hari. Dalam waktu sepekan itu, orang tersebut berpotensi menyebarkan virus karena masih melakukan aktivitas dan berinteraksi dengna orang lain yang belum terjangkit.
"Kita semua kan tahu pemeriksaan dari PCR, orang tahunya positif itu kan seminggu kemudian. Artinya mereka yang tercacat 20 ribu itu sebenarnya angka kalau 20 ribu tanggal 23 (Juni), kalau kita rata-ratakan pemeriksaan PCR itu adalah tujuh hari, maka sebetulnya itu data orang yang positif tanggal 17 yang baru ketahuan seminggu kemudian tanggal 24," ujarnya.
"Terkait tracing, mereka-mereka yang dites tanggal 17 itu kan sebenarnya tanggal 16, 15, nya sudah positif, kemudian punya gejala dan sebagainya secara sukarela gejalanya seperti COVID maka memeriksakan diri pada tanggal 17. Selama setelah diswab tanggal 17 kemana saja mereka ini? Mereka kan belum tahu hasilnya, dia bisa saja tetap bekerja, jalan-jalan dengan teman melakukan kegiatan berinteraksi dengan orang lain. Baru seminggu kemudian tanggal 24 dia positif," sambungnya.
Budi menyampaikan orang yang kontak erat dengan yang positif harus dites juga. Tetapi kebanyakan mereka yang positif lupa telah kontak erat dengan siapa saja selama sepekan.
"Mereka yang kontak erat ini yang harusnya dites," ucapnya.
Budi mengatakan banyak kontak erat yang lepas selama sepekan membuat penyebaran virus semakin meluas. Banyak pembawa virus yang berkeliaran karena masih memiliki peluang untuk bepergian.
Lebih lanjut, Budi mengatakan semakin banyak interaksi maka semakin banyak orang membawa virus. Peluang untuk tertular kata Budi, juga akan semakin tinggi.
"Artinya kalau kita masih saja berinteraksi masih saja keluar rumah masih saja ketemu dengan orang lain, maka peluang atau resiko tertular atau terjadinya penularan itu semakin tinggi, kalau semakin banyak orang membawa virus," imbuhnya. (Detik)