![]() |
Presiden Prabowo Subianto menghadiri Peringatan Hari Buruh Internasional 2025. |
Hadir tepat pukul 10.00 WIB, Prabowo langsung berjalan menyalami buruh dari panggung. Sesekali, dia juga melayani permintaan swafoto dari para hadirin.
Ketua Umum Partai Gerindra itu tampak didampingi oleh Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) sekaligus Presiden ASEAN Trade Union Council (ATUC) 2023-2026, Andi Gani Nena Wea.
Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) sekaligus Presiden Partai Buruh, Said Iqbal mengeklaim, Prabowo menjadi presiden kedua Indonesia yang hadir pada peringatan Hari Buruh.
"Beliau adalah presiden kedua setelah Soekarno yang bertemu dan hadir langsung dalam perayaan May Day, dengan Prabowo di tahun 2025, sedangkan Soekarno 1965 di Gelora Bung Karno (GBK)," ujar Said dikutip dari Antara.
Soekarno dan Hari Buruh
Dikutip dari pemberitaan Kompas.com (30/4/2025), Soekarno pernah beberapa kali menyampaikan pidato yang menyinggung masalah kesejahteraan buruh, termasuk ketika berpidato dalam acara perayaan Hari Buruh.
Berdasarkan laporan Pantja Raja, edisi 15 Mei 1946, Presiden ke-1 RI itu menyampaikan pidato di Alun-alun Jogja pada perayaan 1 Mei 1946.
Laporan Pantja Raja juga mendokumentasikan peringatan Hari Buruh pada 1946 oleh perusahaan percetakan Balai Poestaka yang diisi dengan pidato-pidato.
Dalam kesempatan lain, yakni pada pelaksanaan rapat raksasa yang digelar pada 20 Mei 1958, Soekarno menyinggung nasib buruh.
Melalui pidatonya, Soekarno menyoroti perjuangan panjang kaum buruh untuk memperoleh hak-hak dasar mereka, khususnya dalam menghadapi eksploitasi kaum pemodal.
Bung Karno turut menggambarkan kondisi buruh yang bekerja selama 18 jam per hari tapi tidak mendapat hasil yang setimpal.
"Ditindas habis-habisan, diperas mereka punja keringat. Semua laba, jang datang dari keringatnja kaum buruh ini masuk didalam kantongnja kaum kapitalis," bunyi pidato Soekarno.
Keadaan inilah, menurut Bung Karno, yang menjadi landasan munculnya gerakan buruh di Indonesia sejak puluhan dekade lamanya.
Sementara, dikutip dari catatan Harian Kompas, 3 Mei 1966, Bung Karno juga turut menghadiri pawai produksi yang digelar dalam rangka peringatan Hari Buruh.
Beberapa kaum buruh tampil beriringan dengan masing-masing memperagakan hasil produksinya.
Perayaan Hari Buruh di Indonesia dari masa ke masa
Perayaan Hari Buruh di Indonesia pertama kali diadakan pada 1 Mei 1918 dan diselenggarakan oleh Serikat Buruh Kung Tang Hwee.
Ide perayaan ini muncul setelah Adolf Baars, seorang tokoh kolonial, menyuarakan kritik terhadap rendahnya harga sewa tanah milik para buruh yang digunakan untuk perkebunan.
Baars juga menyoroti kondisi para buruh yang menerima upah jauh dari layak. Pada 1 Mei 1946, Kabinet Sjahrir menganjurkan peringatan Hari Buruh ini.
Bahkan, peringatan Hari Buruh telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1948 yang mengizinkan buruh tidak bekerja pada tanggal tersebut.
Panitia Peringatan hari 1 Mei yang dibentuk oleh organisasi-organisasi buruh BBI melakukan kampanye dengan menyiarkannya melalui media massa, seperti radio.
Saat itu, siaran berita Antara di radio menjadi wadah bagi gerakan buruh untuk berkampanye
menyampaikan arti penting May Day atau Hari Buruh.
BBI juga mengadakan pertemuan yang mengundang kaum buruh laki-laki dan perempuan untuk datang dalam sebuah acara sosialisasi.
Selama acara itu, BBI memutar lagu kebangsaan "Indonesia Raya" dan lagu perjuangan buruh "Intenasionale".
Sayangnya, pada era Soeharto, Hari Buruh sempat dilarang karena dianggap identik dengan ideologi komunisme.
Akibatnya, peringatan Hari Buruh tiap 1 Mei pada masa Orde Baru pun sempat ditiadakan.
Peringatan Hari Buruh baru kembali dapat dilakukan setelah masa Reformasi. Pada 1 Mei 2013, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan Hari Buruh sebagai hari libur nasional sampai sekarang. (Kompas.com)