Notification

×

Cerita Leida Jadi PSK setelah Ortu Cerai: Ada Pelanggan Banyak Minta Ganti Gaya

Minggu, 28 Februari 2021 | 06:33 WIB Last Updated 2021-02-28T04:13:46Z
Foto hanya Ilustrasi
DEPOK (Kliik.id) - Hancurnya rumah tangga orangtua menjadi alasan gadis 18 tahun ini meninggalkan kampung halamannya.

Sebut saja Leida (namanya disamarkan sesuai permintaannya) pergi merantau dari Riau ke Depok, Jawa Barat usai kedua orangtuanya berpisah.

Leida (18) tinggal seorang diri di tanah perantauannya tanpa kasih sayang dari keluarganya. Gadis yang mengenyam pendidikan terkahir di bangku SMA (Sekolah Menengah Atas) ini pun akhirnya terjerumus ke dunia prostitusi.

"Baru setahun, diajak teman sih awalnya," tutur Leida mengawali kisahnya.

Gadis berusia 18 tahun ini bercerita, jika kedua orangtuanya yang tinggal di Riau telah berpisah. Dampak keretakan rumah tangga orangtuanya di Riau sedikit banyak membuatnya memilih profesi sebagai PSK (pekerja seks komersial).

"Orang tua sudah pisah, terus aku ngerantau. Kenalan sana-sini, ya sudah jadi tinggal disini deh," kata perempuan penghuni kamar kosan yang berlokasi di Depok tersebut.

Saat ini, Leida sudah tak memikirkan lagi untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Yang ada di otaknya hanya berpikir bagaimana bertahan hidup seorang diri tanpa keluarga di tanah perantauannya di Depok, Jawa Barat.

Niat awalnya meninggalkan kampung halamannya dari Riau bukan menjadi PSK. Leida mengaku sudah melamar pekerjaan ke sejumlah tempat. Namun, hasilnya nihil lantaran ijazahnya hanya sampai SMA.

"Tadinya sudah ngelamar kerja. Tapi gak pernah dipanggil. Lagian juga gajinya enggak seberapa kan namanya juga lulusan SMA," kata dia.

Akhirnya, Leida pun terjerumus di dunia prostitusi karena pergaulan dengan temannya.

Kamar kosan (home stay) berukuran 4x4 yang dihuninya di kawasan Grogol, Limo, Kota Depok tersebut menjadi tempat bagi Leida untuk melayani pelanggan pria hidung belang yang ingin memuaskan hasratnya. Dalam sehari, Leida mengaku bisa melayani 4 sampai 5 pria.

Wanita dengan rambut sebahu ini mengaku sudah tidak sungkan lagi saat bertemu dengan pria hidung belang yang memesan jasanya.

Sekali kencan, Leida matok tarif mulai dari Rp 300 ribu sekali kencan atau short time kepada pelanggannya.

"Lumayan kan, sehari bisa (melayani) empat sampai lima lah. Dikalikan saja tuh uangnya," ucap Leida.

Jika dihitung rata-rata perharinya, Leida bisa mengantongi 1 jutaan per hari. Wanita berwajah tirus ini kembali bercerita, pelanggannya yang datang rata-rata masih berusia remaja hingga pekerja kantoran.

Pernah satu kali Leida melayani pelanggan yang memperlakukannya kasar dan banyak maunya.

"Banyak minta ganti gaya,” keluh Leida.

Menurut Leida, kadang kamar kosannya itu digunakan bergantian oleh 2 teman wanitanya untuk melayani pelanggan. Sehingga, pelanggan yang berkencan dengannya hanya diberi waktu 1 jam saja.

Sebab, setelah itu kamar kosan tersebut akan digunakan oleh teman Leida untuk melayani pria hidung belang yang telah memasan jasanya.

Di kamar itu, Leida tinggal bersama dua teman wanitanya yang juga menjajakan layanan prostitusi berbasis aplikasi pertemanan online. Setelah cocok harga dari aplikasi online, barulah di-share lokasi. Kadang bisa juga pelangganya bayar panjar terlebih dahulu tanda jadi (deal).

"Satu kali main ya, maksimal satu jam lah," kata Leida mengingatkan aturan main kepada pelanggannya.

Sementara saat Leida memberikan layanan kepada tamu, dua temannya menunggu di lorong. Teman Leida juga sedang menunggu pesan masuk dari tamu yang ingin memakai jasanya.

Setelah waktu satu jam berlalu, dari luar sudah terdengar ketukan pintu. Itu merupakan tanda agar Leida dan tamunya segera berbenah. Pasalnya, kamar tersebut akan dipakai teman Leida yang baru dapat tamu.

"Buruan, pelanggan gue sudah datang nih. Jangan lama-lama," begitu kata temannya.

Keluar dari sana, Leida kadang menawarkan pelanggannya untuk sekadar rehat. Lebih seringnya ada pelanggan yang suka basa-basi menyoal apa saja.

Lokasi kontrakan Leida terbilang sulit dijangkau. Sebab, terhimpit tembok tetangga di bagian kanan kirinya. Hanya satu motor yang bisa masuk untuk menuju kontrakan Leida di paling pojok.

Deru kendaraan dari jalan di kawasan Grogol, Limo, Kota Depok, terdengar sampai kontrakan dua kamar yang ditempati Leida. Jarak kontrakan Leida dari jalan utama sekitar 15 meter.

Akses masuknya sangat sempit, cukup muat dilintasi satu unit motor untuk masuk dan keluar.

Setelah satu pelanggan berlalu, Leida kembali melirik ponselnya. Kini, ia siap kembali menebar umpan untuk calon pelanggan berikutnya.

Tak butuh waktu lama, Leida mendapat pelanggan baru. Ia langsung mengambil handuk dan menuju kamar mandi untuk bersih-bersih sebelum memberi servis.

Seketika pupil mata Leida membesar, ditingkahi senyumnya yang mengembang. Saat itu, ia melihat pesan masuk di ponselnya dari orang yang ditunggu-tunggu tanpa sebelumnya bertemu.

Bergegas ia berbenah merapikan penampilan, menjangkau parfum dari kamar lalu menyemprotkannya sekali dua kali ke tubuhnya yang tinggi semampai.

Ia sudah membayangkan akan mendapat bayaran lebih dari Rp 500 ribu untuk sekali kencan, setelah proses tawar menawar dengan pria itu deal. Padahal biasanya tarif dasar Rp 300 ribu.

Bahkan, dalam benak Leida, sang pria hidung belang bisa lebih royal , tidak pelit memberikan tips di atas bayarannya.

"Di depan ada gang, masuk saja lurus terus sampai mentok. Nah, kontrakannya yang paling pojok," kata Leida memandu tamunya seorang pria asing lewat ponsel agar tak tersesat.

Tak sampai 30 menit, pelanggannya datang ke kontrakan berwarna hijau kusam tempat Leida biasa memberikan layanan kencan singkat.

Dua teman Leida yang berada di dekat kosan pun tak sungkan menyapa tamu yang datang.

"Langsung masuk (kamar) saja mas, nyantai. Sudah biasa kok," sapa hangat salah satu teman Leida. (Tribun/Rls)
×
Berita Terbaru Update