![]() |
Brilian Moktar |
MEDAN (Kliik.id) - Ada sebuah kelompok mempermasalahkan ucapan Bobby Nasution yang menyebutkan kata 'Cina' pada debat publik ke-2 Pilkada Medan, pekan lalu.
Pada debat tersebut, pasangan nomor urut 2 Bobby Nasution-Aulia Rahman menyebutkan, perlunya melestarikan kebudayaan tradisional di Medan termasuk budaya Cina.
Ucapan tersebut membuat sejumlah pihak yang memersoalkan, mereka menyebut kenapa menyebut kata Cina, bukan Tionghoa.
Ketua Taruna Merah Putih (TMP) Sumut Brilian Moktar memberikan reaksi atas hal tersebut.
Politisi Tionghoa ini menganggap kelompok tersebut terlalu membesar-besarkan sesuatu yang tidak perlu, padahal itu hanya sebuah ucapan.
"Ada yang merasa merasa tersinggung dengan sebutan Cina. Apalah arti sebuah ucapan. Kalau ada salah penyebutan, jangan langsung protes seolah-olah Bobby sengaja. Kita akui, seharusnya Bobby menyebut Tionghoa, tapi ucapan Bobby itu tulus, bukan bermaksud mengejek, gak perlu dibesar-besarkan. Memang sangatlah baik semua budaya lokal dikembangkan termasuk Tionghoa," kata Brilian Moktar dalam keterangan yang dikutip Kamis (26/11/2020).
Menurut Brilian, selama 34 tahun tinggal di Medan, dirinya melihat Medan adalah kota wisata, bisnis dan kuliner. Belum pernah ada Wali Kota Medan yang konsentrasi meningkatkan kebudayaan.
"Saya juga belum ada menemukan orang yang menjadikan Medan sebagai smart city, atau yang memiliki gagasan Medan menjadi one data (satu sistem data terpadu). Hanya Bobby-Aulia yang mengusung konsep itu," ungkapnya.
Pengurus PDI Perjuangan Sumut ini melanjutkan, data Pemko Medan selama ini seringkali bersalahan dan cenderung tidak sinkron. Misalnya dalam pengurusan surat menyurat, ada beberapa hal yang mengakibatkan pemohon terpaksa meminta surat keterangan atau surat pendukung lainnya hanya untuk menguatkan keberadaan (domisili) seseorang.
"Program yang ditawarkan Bobby-Aulia, mulai dari rencana pembangunan mall pelayanan publik (pelayanan administrasi dan izin terpadu), birokrasi yang bersih dan bebas korupsi. Satu-satunya pasangan calon yang memiliki program seperti ini ya hanya Bobby-Aulia, kenapa? Seorang Bobby bisa menjadi menantu Presiden itu sudah sangat teruji," kata Brilian.
Menyikapi adanya upaya pembusukan oleh pihak tertentu, Brilian Moktar merasa sangat kecewa. Hanya perkara empat atau lima huruf saja, orang yang tidak mengerti politik langsung menyalahkan.
"Kita harus melihat konteksnya terlebih dahulu. Saya juga suku Tionghoa dan saya tidak tersinggung atau merasa dihina. Saya justru merasa bangga seorang Bobby memiliki keinginan untuk meningkatkan kebudayaan, soal kata yang salah itu nggak usah dibesar-besarkan. Tapi alangkah baiknya pelajari dulu sejarah Indonesia sesungguhnya, jangan berpatokan pada undang-undang atau peraturan pemerintah semata," imbuhnya.
"Saya ingatkan kepada anak-anak muda yang mau terjun ke politik, tolong pelajari sejarah dengan benar sehingga ke depan muncul anak muda yang piawai dalam berpolitik," ucap Brilian Moktar. (Rls)