![]() |
Foto Ilustrasi (Detik.com) |
Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, realisasi itu meleset dari prediksi pemerintah. Pasalnya, prediksi awal hanyalah turun 10%.
"Sekarang ini untuk Indonesia, awalnya kami prediksi hanya minus 10%, tapi sekarang mendekati kontraksi 15% dari penerimaan perpajakan," kata Sri Mulyani dalam 7th OECD Forum on Green Finance Investment secara virtual, Jumat (9/10/2020).
Meski angkanya meleset, menurutnya pemerintah sudah melihat akan adanya penurunan akibat pandemi virus Corona (COVID-19). Di sisi lain, belanja pemerintah juga meningkat untuk mengendalikan pandemi COVID-19. Oleh sebab itu, pemerintah melebarkan defisit APBN, dari normalnya 3%.
"Situasi saat ini kita dihantam oleh COVID-19 ini, dan tentunya kita semua paham bahwa COVID-19 tidak hanya Indonesia di sisi pembelanjaan, di mana kami harus memberikan dukungan kesehatan untuk melindungi masyarakat, oleh pembelanjaan sosial dan juga untuk menunjang bisnis," jelas mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu.
Saat ini, pemerintah sudah mengeluarkan anggaran Rp 695,2 triliun untuk pemulihan ekonomi nasional (PEN). Hal itu menyebabkan defisit anggaran membengkak hingga 6,34%.
"Seberapa besar defisitnya? Tahun ini akan meningkat secara signifikan menjadi 6,3% dari mulanya 1,7%," pungkas dia. (Detik)